Jumat, 08 April 2011

Persahabatan :D *cuma share foto aja*



Idola Baru :)



Suaranya keren. Orangnya ganteng. Pertama kali gue ngeliat dia di MLP, gue langsung jatuh hati *cieilah*. Dan untungnya gue ngeadd dia di Facebook waktu dia belum ngetop kayak sekarang. Siapa sih dia?

Nama : Christoffer Nelwan (christo, chris)
Lahir : Jakarta, 30 Januari 1997
Sekolah : Binus International School Serpong (kelas 9 nanti homeschooling)
Orangtua : Franklin Paul Nelwan dan Maggy Nelwan
Saudara : Bianca Nelwan dan Athina Nelwan (kakak)
Hobi : Fingerboarding, berenang, pinpong, sepak bola
Facebook : Christoffer Nelwan
Twitter : @chris8f
Achievements :
-Pemeran Ikal dalam Musikal Laskar Pelangi
-Pengisi album Musikal Laskar Pelangi - Original Cast Recording
-Model billboard tabungan remaja 'Mighty Savers' NISP
-Pemeran dalam film '5 Elang'

Pasangan Baru *baru dipost maksudnya*



Setelah resmi berpisah dengan Gabriel, sekarang Ayas sudah punya pacar baru yang memang berperan sebagai Ikal di dalam Musikal Laskar Pelangi. Semua Chrisnation pasti udah kenal sama cowok yang satu ini. Namanya Chris, pemeran Ikal *lihat post MLP cast diposting sebelumnya*. Pokoknya, longlast ya Ayas dan Christo!






Minggu, 02 Januari 2011

Akhirnya nonton : Musikal Laskar Pelangi!!

Bertepatan dengan tahun baru 2011, gue mau ngucapin Happy New Year!! Hari ini gue nyempetin diri untuk ngeblog karena I got the best New-Year gift from my Mom, yaitu menonton Musikal Laskar Pelangi yang tentunya sudah gue idam-idamkan selama ini. Btw, gue sempet hampir gajadi (lagi) loh buat nonton Musikal ini. Untung aja ada orang yang berbaik hati untuk men-cancel ticketnya (emang karena kelebihan aja sih..), so finally I got the ticket.

Sepertinya basa-basinya sudah cukup. Now, it’s time to review.

Tanggal 1 Januari kemaren, gue menonton Musikal Laskar Pelangi dengan format Ikal diperankan oleh Kelvin Joshua, Lintang oleh Patton Otlivio, Mahar oleh Gabriel Stevent, Sahara oleh Ashilla Zahrantiara, dan Bu Mus oleh Dira Sugandi. Imagine, 3 of my idol play in the same time. Jadi, gue ngebet banget tuh minta nonton ini sama emak gue :p

Diawal, gue sempat menunggu selama beberapa menit. Sebenernya nggak terlalu lama sih. Namanya juga menunggu, itu hal yang sangat membosankan. Disana, kita dilarang membawa kamera/video camera, makanan dan minuman, dan senjata tajam. Cukup simple kan?

Babak Pertama

Adegan 1

INILAH KAMPONG GANTONG

Lagu : “Nasib Tak Kan Berubah 1”

Diawal, kita kedatangan sosok Ikal Dewasa yang sudah lama merantau dari Beltiong. Sama seperti di film, disini ia bercerita tentang kuli-kuli PN Timah, pabrik Timah terbesar di sana. Dan dari sini, Ikal dewasa mem-flash back masa lalunya di Gantong diiringi oleh lagu Nasib Tak Kan Berubah yang dinyanyikan kuli-kuli PN Timah secara kompak.

Adegan 2

MENANTI 10 MURID

Lagu : Sepuluh, Sepuluh

Sekolah Muhammadiyah harus bisa mengumpulkan 10 murid pada tahun ini (atau tidak sama sekali). Bu Muslimah dan Pak Harfan sangat mengharapkan kedatangan 10 murid tersebut. Kemudian munculah Lintang sebagai murid pertama mereka, dilanjutkan dengan Laskar Cilik yang lain. Suasana sempat tegang saat murid yang terkumpul baru Sembilan.

Adegan 3

5 TAHUN KEMUDIAN

Lagu : Anak Pelangi

Inilah keuntungannya duduk di kursi VIP atau VVIP. Tiba-tiba kesepuluh anak Muhammadiyah muncul dan menari dari sudut-sudut gedung disamping tempat VIP dan VVIP. Mereka dengan kompak menyanyikan lagu Anak Pelangi diatas panggung teater.

Adegan 4

PEMILIHAN KETUA KELAS

Lagu : Ketua Kelas

Kita langsung disuguhkan oleh kekesalan Kucai, sang ketua kelas yang minta keadilan karena tidak betah lagi menjadi ketua kelas selama 5 tahun, kalimat yang mengundang tawa penonton adalah saat Kucai bilang teman-temannya memiliki kelakuan macam setan (tidak bisa diatur) diiringi oleh lagu Ketua Kelas yang jenaka karena liriknya mengandung sindiran kepada Kucai dari teman-temannya. Saat dilakukan pemilihan ketua kelas ulang, Kucai sekali lagi mendapatkan peran sebagai Ketua Kelas SD Muhammadiyah Gantong.

Adegan 5

LINTANG

Lagu : Anak Pesisir

Dalam drama musical ini, Lintang adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam pertunjukkan. Buktinya, Lintang mendapat jatah tampil yang lebih lama dari teman-teman lainnya. Tapi memang tidak mengecewakan, Lintang diperankan oleh Patton dan Hilmi memang punya kualitas suara yang sangat baik. Sehingga meskipun agak lama, penonton dibuat terhibur mendengar lagu yang dinyanyikan dengan baik oleh Patton maupun Hilmi.

Adegan 6

KELAS PAK HARFAN

Lagu : Jangan Menyerah

Kalau pernah menonton filmnya, pasti taulah adegan ini. Yaitu ketika pak Harfan menceritakan kisah Nabi Nuh. Tapi sayang, saat bagian ini sepertinya ada kesalahan teknis. Pak Harfan terlihat hanya menggambar gambar kapal dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Saya rasa clip on yang dipakai Pak Harfan kurang peka. Tapi saat pak Harfan mulai menyanyikan lagu Jangan Menyerah suaranya kembali seperti semula.

Adegan 7

TOKO SINAR HARAPAN

Lagu : Jari-Jari Cantik

Kalau part ini.. adalah salah satu part ‘pamungkas’ di Laskar Pelangi, baik film maupun novelnya. Ya, cerita saat Ikal pertama kali bertemu A Ling saat membeli kapur di Manggar. Efek yang dipakai sangat mengundang decak kagum penonton,. Saat Ikal menyanyikan lagu Jari-Jari Cantik dihadapan A Ling yang sedang menari ballet, sontak para penonton berteriak menggoda Ikal yang sedang larut dalam cinta monyetnya itu.

Adegan 8

PAK BAKRI

Lagu : Sekolah Miring

Pak Bakri tampaknya pemeran yang akan mendapat ‘huuu’ dari penonton saat curtain call, karena disini ia diceritakan sebagai tokoh antagonis yang tidak suka dengan semangat Bu Muslimah dalam mengajar. Diiringi lagu ini, Pak Bakri menyatakan mundur dari Muhammadiyah.

Adegan 9

BELAJAR DI LUAR KELAS

Lagu : Sahabat Alam

Inilah saat dimana anak-anak Laskar Pelangi bermain dan belajar diluar kelas. Lirik yang dibawakan anak-anak khususnya Lintang benar-benar edukatif. Seperti saat Kucai bertanya tentang hujan, dan Lintang menjelaskannya (tentunya dengan bernyanyi) dengan jawaban fakta yang sebenarnya yang jika dituliskan atas lembar jawaban akan sangat susah untuk dicerna. Mulai dari sini bakat Mahar terlihat ketika ia menari dibawah hujan.

Adegan 10

KARNAVAL

Lagu : Mahar dan Alam

Pak Harfan dan Bu Mus berniat untuk mendaftarkan sekolah Muhammadiyah kedalam karnaval 17 Agustus-an. Awalnya, anak-anak sempat menolak dengan ide guru mereka. Tiba-tiba Mahar berdiri dari kursinya dan menari tanpa ada yang menyuruhnya. Teman-temannya pun ragu dengan Mahar, karena menganggap Mahar itu seorang pembual. Tapi akhirnya, diiringi oleh lagu Mahar dan Alam, Mahar dapat membuat teman-temannya percaya padanya. Akhirnya, Muhammadiyah berhasil memenangkan Diiringi oleh lagu Mahar dan Alam, penonton dibuat kagum dengan kekompakan Mahar, Laskar Pelangi, dan warga Gantong.

Setelah adegan 10, pertunjukkan di hentikan 20 menit untuk pemain beristirahat sejenak.

Adegan 1

KULI KULI

Lagu : Nasib Tak Kan Berubah 2

Sekali lagi, penampilan dibuka oleh pertunjukkan para kuli Timah menyanyikan lagu yang sama seperti babak sebelumnya. Di adegan ini, mereka kembali menghina kemenangan para Laskar Pelangi dalam karnaval.

Adegan 2

KAPUR LAGI KAPUR LAGI!

Dalam adegan ini, Ikal kembali untuk membeli kapur di Toko Sinar Harapan. Nyali Ikal ciut saat harus kembali berhadapan dengan ayah A Ling. Setelah bernyanyi sebentar, ayah A Ling tidak memanggil nama A Ling, melainkan Lani. Lani mengatakan bahwa A Ling sudah pindah ke Jakarta. Sama seperti di film, peralatan yang ada di toko tersebut jatuh seketika.

Adegan 3

SEMUA BERDUKA DI PULAU BELITONG

Lagu : Blues Nasib Tak Kan Berubah

Sekali lagi, sama seperti di film. Saat jam pulang Pak Harfan tampak tetap terlelap dibangkunya. Benar saja tebakkan penonton, Pak Harfan telah meninggal. Lalu kita disajikan dengan kegiatan di pulau Belitong yang ikut bersedih saat Pak Harfan meninggal dunia diiringi tarian ibu-ibu warga Gantong dan kuli-kuli Timah.

Adegan 4

MUSLIMAH

Lagu : Hilangnya Harapan

Kepergian Pak Harfan merupakan pukulan terberat untuk Muslimah, setelah ditinggal oleh Bakri. Muslimah pun jadi tidak pernah masuk ke sekolah. Murid-murid jadi terlantar dan tak ada satupun yang masuk sekolah. Tapi, semangat mereka kembali menyala saat Lintang mengajak mereka untuk terus belajar dan masuk sekolah, sampai Lintang menghampiri Bu Mus dan memintanya untuk kembali mengajar.

Adegan 5

CERDAS CERMAT

Lagu : Lintang

Setelah peristiwa itu, anak Laskar Pelangi kembali masuk sekolah dan berniat untuk mengikuti cerdas cermat yang diselenggarakan oleh SD PN Timah. Lintang, Ikal, dan Mahar adalah anak yang ditunjuk oleh anak lainnya untuk mewakili sekolah mereka. Saat hari H, sama seperti film dan novelnya, Muhammadiyah sempat hampir kalah karena jawaban Lintang dianggap salah oleh juri. Namun, Sahara memprotes keputusan juri dan meminta juri mengecek ulang jawaban mereka. Akhirnya, Lintang meminta diri untuk menjelaskan caranya didepan dan seperti biasa, cerdas cermat dimenangkan oleh Muhammadiyah. Dalam kemenangannya itu, para Laskar Pelangi menyanyikan lagu Lintang yang dipopulerkan oleh Netral dengan aransemen orchestra dan cara bernyanyi yang berbeda dari penyanyi aslinya.

Adegan 6

PERGINYA SI CEMARA ANGIN

Lagu : Menanti Ayah, Menanti Lintang

Jujur, menurut saya lagu ini adalah lagu yang paling menyentuh karena dinyanyikan secara duet oleh Ikal dan Lintang. Setelah kemenangan Lintang, ayah Lintang tak pernah kembali kerumah semenjak hari bersejarah untuk Lintang itu. Dengan latar kapal nelayan, Lintang menyanyikan kerinduannya pada ayahnya si cemara angin yang tak kunjung pulang. Demikian pula Ikal, ia merasa sangat rindu dengan sahabat jeniusnya itu. Sampai akhirnya mereka menyanyikan duet, tapi berbeda latar.

Adegan 7

BERITA DARI LINTANG

Lagu : Salam Perpisahan

Inilah adegan yang menurut saya paling menyentuh, ketika Bu Muslimah mendapatkan surat dari Lintang dan dibacakan didepan murid-muridnya. Saat pesannya dibacakan, Lintang muncul dan menyanyikan lirik dari suratnya yang berjudul Salam Perpisahan, yang juga membuat penonton mengharu-biru. Setelah selesai menyanyikan pesannya, Lintang datang ke sekolah dan mohon diri dari Bu Muslimah dan teman-temannya. Jelas, lirik yang dibawakan Lintang sangat menyentuh seperti : “kenanglah aku dalam hati”. Setelah itu Lintang berlalu dengan isak tangis dari para Laskar Pelangi dan Bu Muslimah.

Adegan 8

KEMBALI KE KAMPONG GANTONG

Lagu : Nasib Telah Berubah

Sama seperti filmnya, adegan ini menceritakan tentang keadaan Belitong beberapa tahun yang akan datang, tanah yang habis setelah di ekspoitasi, dan harga timah yang jatuh di pasaran. Disini, kuli-kuli menyanyikan lagu dengan nada yang sama, tetapi dengan lirik yang berbeda. Setelah itu, akhirnya Ikal bertemu dengan Lintang dewasa. Adegan ini adalah penutup pertunjukkan drama.

CURTAIN CALL (Pemanggilan pemeran-pemeran)

Well, percaya deh lo gabakalan nyesel udah pernah menonton drama musikal ini! Pertama, dari segi pemainnya. Menurut gue, drama musikal ini dipenuhi oleh pemain-pemain yang berkualitas terutama dalam bidang nyanyi-nya. Bagi lo yang seneng musik, elo juga pasti merasakan feel menyanyinya mereka dan juga kualitas, boy! Kalau nanti kalian jadi menonton, kalian akan dapet sebuah buku dan didalamnya keterangan para pemain dan prestasi-prestasinya.

Kedua, dari segi efek. Gila kali ya, ibu-ibu disebelah gue sampai bilang kalau drama ini kelas dunia. Yep. Efek-efeknya emang mencengangkan seperti saat Ikal bertemu A Ling, atau ketika Pak Harfan menjelaskan tentang kapal Nabi Nuh. Atau, ketika Laskar Pelangi menyanyikan lagu Sahabat Alam, ada latar hujan disana dan tampak seperti hujan asli!

Ketiga, dari sisi lagu dan aransemen. Gue udah bilang, bahwa pertunjukkan ini menampilkan musik, tarian, dan acting yang berkualitas. Lagu-lagu yang dibawakan termasuk lagu yang sebenarnya bisa disejajarkan dengan music-musik tanah air, karena musiknya yang easy listening dan liriknya yang edukatif untuk anak-anak dan orang dewasa.

Pokoknya, nonton deh, gak rugi kalian mengocek tabungan akhir tahun kalian untuk nonton drama musikal ini. Buruan! Cuman sampai tanggal 9 Januari 2011 loh :D

Senin, 20 Desember 2010

Review Musikal Laskar Pelangi

Jadi ceritanya, hari Minggu tanggal 19 Desember gue pergi ke Teater Ismail Marzuki untuk menonton Musikal Laskar Pelangi. Sesampainya disana ternyata gue dan keluarga sudah kehabisan tiket buat jam 14.00 WIB. Jadilah hari itu gue nggak jadi nonton :(

But, gapapa. Gue searching di Google dan mendapatkan reviewnya.

(Sumber : music.detikhot.com)

Dari novel laris ke film yang juga laris, 'Laskar Pelangi' telah menjadi brand yang kuat. Kini, dengan gagah perkasa brand itu merangkak ke atas panggung gemerlap, menjelma menjadi sebuah pertunjukan teater musikal yang mengharu-biru. Lengkap sudah perjalanan sang brand raksasa untuk menggenapkan misinya memuaskan pelanggan setianya. Ini bukan pelajaran marketing, tapi itulah yang terjadi di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jumat (17/11/2010) malam.

Selama 3 jam, Musikal 'Laskar Pelangi' menghipnotis gedung baru berkapasitas 1200 orang itu dengan tari-tarian yang rancak dan lagu-lagu yang mendayu-membuai. Bocah-bocah miskin yang penuh semangat, yang sudah kita akrabi lewat novel dan filmnya, malam itu kembali, dengan tingkah-polah yang telah kita hapal. Inilah asiknya menonton pertunjukan ini: tak ada kejutan, tak ada yang berada di luar dugaan. Kita sudah tahu apa yang akan terjadi, tinggal duduk manis menunggu, kapan Lintang ngibrit menghindari buaya yang menyegatkan, kapan Ikal meleleh melihat jemari lentik Aling ketika menyodorkan sekotak kapur, dan, oh, mana Mahar si seniman slebor berkalung radio yang ngocol dan minta dijitak itu!

Tapi, sebentar. Betapa semena-menanya review ini jika berasumsi bahwa semua orang yang akan nonton musikal ini sudah pernah membaca dan/atau menonton filmnya. Tapi, percayalah, bagi Anda yang benar-benar blank tentang brand sejuta umat Laskar Pelangi, musikal ini tidak akan membuat Anda bingung. Riri Riza, yang sebelumnya menyutradari filmnya, menata pertunjukan dengan rapi, tiap adegan ditampilkan dengan durasi yang pas, ada yang agak panjang, ada yang pendek-pendek, dan itu efektif untuk menjaga mood penonton. Apakah review ini juga perlu menceritakan garis besar ceritanya? Anda sudah keterlaluan, tapi baiklah.

'Laskar Pelangi' pada dasarnya adalah sebuah kisah kenangan. Dan, seperti yang lazim berlaku selama ini, orang yang merasa perlu mengenang masalalunya adalah orang-orang yang dalam kehidupannya sekarang telah sukses. Begitulah, Ikal adalah satu dari 10 anak miskin di Kampung Gantong, Pulau Belitong yang kaya tambang timah namun rakyatnya tak menikmati. Di bawah asuhan Ibu Guru Muslimah yang berhati mulia, dan Pak Guru Bakri yang gelisah dan pesimis dan Pak Kepala Sekolah Harfan yang berdedikasi, anak-anak itu belajar di sekolahan yang hampir rubuh, mengejar mimpi-mimpi mereka dalam keterbatasan.

Panggung dibuka dengan suasana Kampung Gantong yang sibuk pada suatu pagi, dengan latar belakang Pabrik Timah yang angkuh. Lalu muncul seorang pemuda bergaya 80-an, memperkenalkan dirinya sebagai Ikal, dari sudut pandang dialah alur cerita teater musikal ini bergulir, sebagai sebuah kilas balik masa kecilnya, bersama teman-temannya yang kemudian oleh guru mereka dipanggil sebagai Laskar Pelangi. Dengan cerita seperti itu, jangan bayangkan sebuah musikal yang glamor, dengan kostum warna-warni yang mewah. Tapi, jangan salah, kesederhanaan pun bisa tampil tak kalah memukau.

Jay Subiyakto mendandani panggung dengan dekorasi yang luar biasa untuk setiap adegan. Koreogfari yang dikerjakan oleh Hartati memang tidak terlalu menonjol pada adegan-adegan anak-anak Laskar Pelangi, namun pada bagian-bagian lain dia memasukkan berbagai unsur gerak, dari silat Minang hingga ballet. Pada setiap kemunculan sosok-sosok bersarung, tarian selalu menyita perhatian kita. Dengan bingkai musik yang sepenuhnya berirama Melayu, yang digarap oleh Erwin Gutawa, lagu-lagu yang liriknya diciptakan oleh Mira Lesmana menjadi nafas setiap adegan, yang kebanyakan bernuansa sedih.

Kalau dilihat 'ambar besarnya',musikal ini ingin bicara tentang ketidakadilan yang menimpa daerah akibat pembangunan yang tidak merata. Hal itu diungkapkan dengan jelas lewat lagu 'Nasib Tak Kan Berubah' yang diulang pada empat adegan. Ini cukup memberatkan penonton anak-anak, mengingat bahwa musikal ini pada dasarnya adalah cerita anak-anak --- atau, oke, kalau istilah itu tidak tepat, setidaknya musikal ini hampir seluruh adegannya dimainkan oleh anak-anak.

Keriangan dan keceriaan sudah barang tentu mewarnai pertunjukan ini. Namun, suasana sedih juga mendominasi, terutama pada babak kedua (pertunjukan dibagi dua babak dengan jeda istirahat 20 menit). Bagian kematian Pak Harfan (akan diperankan secara bergantian oleh Chandra Satria dan Iyoq Kusdini) dituangkan dalam 3 adegan yang penuh air mata. Dan, itu disambung dengan adegan perpisahan Lintang dengan anak-anak Laskar Pelangi --dia memutuskan berhenti sekolah setelah bapaknya yang nelayan tak kembali dari laut. Ini adegan kesedihan puncak yang membuat sejumlah penonton sesenggukan.

Para pemeran anak-anak Laskar Pelangi bermain natural, dengan bekal vokal yang prima. Lea Simanjutak yang malam itu memerankan Bu Muslimah (untuk selanjutnya diperankan bergantian dengan Dira Sugandi dan Eka Deli) menjadi salah satu kekuatan utama, dengan akting dan suaranya yang memikat. Dia harus memainkan adegan-adegan tunggal yang paling berat, misalnya ketika kehilangan harapan setelah Pak Harfan meninggal. Gabriel B Harvianto, dengan porsi kemunculan yang tak banyak sebagai Pak Bakri berhasil mencuri perhatian ketika menyanyikan 'Sekolah Miring' dalam adegan pamitannya setelah berhenti dari sekolah Laskar Pelangi itu, untuk mengajar di tempat lain yang lebih menjanjikan.

Dengan setting persawahan, sekolah yang miring, jalan di tengah hutan ditunggui buaya, pabrik timah yang dijagai satpam-satpam galak, secara keseluruhan musikal ini memang terkesan 'muram'. Namun, itu bukan 'aura' yang sengaja ingin disampaikan kepada penonton, melainkan 'konsekuensi' dari ceritanya yang memang seperti itu. Bagi yang menyukai filmnya, musikal ini akan memberi sensasi yang lebih. Sedangkan bagi yang tidak menyukai filmnya, versi panggung memberikan efek yang lebih kuat, terasa lebih bertenaga. Jadi, jangan lupa bawa sapu tangan. (mmu/ebi)