Sabtu, 30 Oktober 2010

Kuingin Selamanya (Repost dari salah satu karya di ICL)

Kuingin Selamanya.

Kak Rio! Cepetan dong jalannya!” teriak seorang gadis kecil berumur sekitar 10 tahun itu.

“Sabar dong, aku kan capek.” Ujar anak lak-laki dibelakangnya. Usianya 2 tahun lebih tua dibandingan gadis itu.

“Aah, kakak lama! Nanti kita nggak sampai-sampai di Taman Harapan! Ayo ah!” ujar gadis yang bernama Oik itu. Ia kembali kebelakang untuk menarik tangan Rio agar perjalanan lebih cepat.

“Iya, iya Oik. Sabar lah. Aku kan capek daritadi kita keliling kebun teh. Lari-lari lagi.”

“Payah! Gitu aja capek. Oik yang lebih kecil aja nggak capek tuh. Apaan tuh kak Rio, badan tinggi diajak lari-lari sebentar aja nggak kuat. Payah!” Ujar Oik yg masih ngeyel menarik tangan Rio.

Akhirnya mereka sampai di Taman Harapan. Taman yang sangat indah, banyak bunga warna-warni hidup disini. Taman harapan adalah nama yang diberikan rio dan oik. Karena ditaman ini mereka mengungkapkan harapan mereka. Taman ini terletak di belakang kebun teh. Jarang sekali orang datang kesini.

Rio dan Oik duduk dibawah pohon yang rindang, ini merupakan tempat favorit merek berdua.

“Kak, Oik punya harapan lagi.” Kata Oik sambil tersenyum.

“Ah, kamu mah harapannya kebanyakan. Yang kemarin-kemarin aja belum terkabul.” Kata Rio.

“Tapi aku yakin, yang ini bakal terkabul.”

“Emang harapan kamu apa?”

“Oik pengen main terus disini, sama kak Rio. Oik pingin kak Rio nemenin Oik terus, selamanya!”

“Kamu tuh.. itu mah udah pasti, kakak bakal temenin kamu terus. Selamanya.”

“Janji kak?”

“Janji.”

5 tahun kemudian..

“Kak Rio jahat..! hiks.. Kak Rio ingkar janji. Oik benci kak Rio!” teriak Oik. Saat ini ia sedang berada dibawah pohon Taman Harapan sendirian.

“Mana katanya mau temenin Oik terus? Mana buktinya?Mentang-mentang udah punya kak Shilla, Oik dilupain. Huhuhu..” Oik terus ngedumel sendiri. Untung taman ini sepi. Kalau tidak pasti Oik dikira tidak waras karena bicara sendiri.

“Dorr!!” sebuah teriakan memecah tangisan Oik.

“Nggak lucu!” ujar Oik jutek. Bibirnya ia manyunkan.

“Kenapa sih adikku tersayang? Kok jutek gitu?” ujar Rio.

“Ngapain kakak kesini?” Tanya Oik dingin.

“Loh, emang nggak boleh ya?”

“Aku kira kakak udah lupa sama aku.”

“Kok gitu? Mana mungkin sih aku lupa sama adik kesayanganku sedunia-akhirat?”

“Nggak lucu! Oik benci kak Rio. Kak Rio udah berubah, kak Rio jahat, udah lupa sama Oik.” Kata Oik sambil menangis.

“Oik kenapa? Kak Rio salah apa?”

“Kak Rio jahat, semenjak kak Rio jadian sama kak Shilla kak Rio lupa sama Oik.”

“Oik, kakak nggak ada maksud kayak gitu. Oik kan tau kalo kak Rio udah lama suka sama kak Shilla, jadi pas kakak jadian sama kak Shilla kakak seneng banget dan …”

“Dan lupa sama aku.” Potong Oik.

“Ya enggak lah Ik, kakak nggak mungkin ngelupain kamu. Kakak sayang sama kamu, melebihin apapun di dunia ini, kecuali Tuhan. Kamu juga kan?”

Oik langsung memeluk Rio.

“Maafin Oik, kak. Aku udah marah sama kakak. Oik Cuma mau kakak nemenin Oik di saat terakhir…”

“Saat terakhir apa?”

“Nggak, ternyata kak Rio masih peduli sama aku.”

“Huh, kamu. Pulang yuk, udah sore nih.” Ujar Rio. Oik pun mengangguk.

“Oik..”panggil kak Shilla, pacar kak Rio.

“Kenapa kak?”Tanya Oik.

“Eh.. ini.. kakak mau ngomong sesuatu sama Oik..”

“Ngomong apa kak?”

“Ik, kakak mohon ya kamu jauhin kak Rio.” Kata Shilla sambil menunduk.

“Ke.. kenapa kak Shilla, nggak suka Oik deket sama kak Rio..?”Tanya Oik gugup.

“Bu.. bukan gitu Ik.. kakak ngerasa kak Rio lebih sayang kamu daripada kakak. Maaf Ik kalo kakak egois. Tapi aku mohon sama kamu, jauhin kak Rio..”

“Kok kakak punya pikiran kayak gitu..? kak Rio sayang sama kak Shilla, Oik tuh Cuma adiknya kak Rio aja.” Jelas Oik.

“Oik, setiap kita jalan pasti kak Rio ngomongin Oik terus. Oik ginilah, Oik gitulah.”

“Kalo itu mau kak Shilla, Oik bakal jauhin kak Rio.”

“Makasih Ik, maaf kakak udah egois.”

“Nggak apa-apa. Oik ngerti kok. Kak, Oik pamit dulu ya.”pamit Oik buru-buru.

Oik sudah tidak kuat membendung airmatanya itu. Dia berlari meninggalkan Shilla.

Hari-hari pun berlalu. Semenjak permintaan Shilla itu, Oik sama sekali tidak bicara kepada Rio. Jangankan bicara, bertemu pun ia tidak mau. Meskipun Rio selalu dating ke rumahnya, Oik tetap tidak mau bertemu.

Sudah sebulan berlalu. Karena sikap Oik yang aneh dan selalu menghindar jika bertemu Rio membuat Rio sedih. Shilla merasa bersalah. Dan akhirnya mengaku.

“Yo, aku mau ngomong sesuatu.. tapi aku takut kamu marah..”

“Kamu mau ngomong apa?” ujar Rio lembut.

“Maafin aku.. Semua salahku..” ujar Shilla dengan mata berkaca-kaca.

“Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti.”

“Aku udah buat Oik ngejauhin kamu. Hiks.” Ujarnya sambil menangis.

“Maksud kamu?” Tanya Rio yang masih bingung.

“Aku yang minta Oik buat jauhin kamu.. maaf.” Jelas Shilla.

“Kok kamu ngelakuin itu sih? Kamu tahu kan aku sayang banget sama Oik.”

“Karena aku tahu, makanya aku ngelakuin itu. Aku iri.. tapi aku tahu aku salah. Maaf..”

“Aku sayang sama Oik sebagai adikku. Selebihnya kamu..”

Shilla menangis di bahu Rio.

Rio sampai dirumah Oik. Tapi rumah Oik terlihat sepi. Rio pun menekan bel rumah Oik. Tak lama kemudian bik Minah pun keluar.

“Eh den Rio. Nyari non Oik ya?”

“Iya bik. Oik ada?”

“Non Oik nggak ada.”

“Bibi nggak bohong kan?”

“Nggak den. Non Oik, den Gabriel, bapak dan ibu lagi pergi.”

“Kemana bik?”

“Kerumah sakit. Non Oik pingsan.”

“Hah? Oik kenapa bik?” Tanya Rio kaget.

“Bibi juga nggak tahu den.”

“Yaudah bik, Oik dibawa kemana?”

“Rumah Sakit Karunia.”

“Makasih bik. Saya pamit dulu.

Rio sampai di R.S Karunia. Ia segera masuk dan menanyakan ruangan tempat dirawatnya Oik. Rio langsung berlari menuju ruangan Oik.

Akhirnya Rio sampai didepan ruangan Oik. Terlihat Gabriel, kakak Oik berdiri di lorong itu.

Rio?” ujar Gabriel kaget.

“Yel, Oik kenapa? Sakit apa?” Tanya Rio panik.

“Dari kecil Oik itu udah kena penyakit Leukemia Yo. Kemarin penyakitnya kambuh lagi. Dan kata dokter.. dia nggak bakal bisa bertahan lebih lama lagi..”

“Kenapa nggak ada yang ngasih tahu gue? Kenapa lo nggak ngasih tau gue?”

“Bukan gue nggak mau ngasih tau, tapi itu permintaan Oik..”ucap Gabriel.

“Tapi dia udah siuman. Lo masuk aja. Dia nungguin lo.” Lanjut Gabriel.

Ditemani Gabriel, Rio masuk kedalam ruangan tersebut. Ia mendapati Oik terbaring lemah ditempat tidur.

“Apa kabar kak..” ujar Oik lemas sambil tersenyum menutupi wajahnya yang pucat.

“Oik.. maaf kakak baru jenguk kamu..” ujar Rio sedih.

“Nggak apa-apa.. kakak kan baru tau..” jawab Oik.

“Ik, kenapa kamu nggak pernah cerita ke kakak?”

“Oik nggak mau buat kakak khawatir..” jelas Oik.

Hening. Tidak ada yang berbicara.

“Kak, Oik boleh minta sesuatu nggak..”

“Apa Ik..?”

“Oik mau kakak nyanyi buat Oik.. boleh ya kak..”

“Nyayi apa Ik..?”

“Terserah kakak..”

“Iya Ik..”

Cinta, adalah misteri dalam hidupku..

Yang tak pernah kutahu akhirnya..

Namun tak seperti cintaku pada dirimu..

Yang harus tergenapi dalam kisah hidupku..

Kuingin selamanya..

Mencintai.. Dirimu..

Sampai saatku akan, menutup mata dan hi..dupku..

Kuingin selamanya..

Ada disampingmu..

Menyayangi dirimu, sampai waktu kan memanggilku..

Oik mendengarkan dengan syahdunya. Segala penderitaan selama ini seperti hilang saat janji itu di ikrarkan oleh Rio. Janji menemaninya sehidup-semati. Oik menikmati lagu itu sampai akhirnya perlahan ia memejamkan matanya dan tidur tenang untuk selamanya dengan wajah tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar